“Yesus Kristus Lahir di Watu Pinawetengan”

| 0 komentar


Natal MCC, GMM dan Pinawetengan Muda: “Yesus Kristus Lahir di Watu Pinawetengan”
oleh Denni Pinontoan

Pinabetengan – Orang-orang muda Minahasa yang tergabung dalam Mawale Cultural Center (MCC), Gerakan Minahasa Muda (GMM) dan Pinawetengan Muda beserta jaringannya se-Minahasa, Rabu (9/12) malam memaknai Natal Yesus Kristus dalam konteks budaya Minahasa melalui Pagelaran Seni Natal Yesus Kristus di Watu Pinawetengan, Desa Pinabetengan, Minahasa. Kegiatan yang dimaknai sebagai Perayaan Natal yang khas dan kreatif ini dimaksudkan sebagai bentuk kontekstualisasi teologi dalam kebudayaan Minahasa.

Kegiatan dirancang sebagai ibadah yang kreatif dan kontekstual, yang dalam prosesinya diisi pementasan teater, musikalisasi puisi serta diskusi dengan tema “Yesus Kristus Lahir di Watu Pinawetengan dengan pembicara Pdt. Dr. Richard A.D. Siwu, MA, PhD, sebagai teologi yang memiliki konsern terhadap persoalan kemasyarakan dan kebudayaan Minahasa. Bersama hadir dalam kegiatan ini Prof. Johny Weol, teologi dan juga pemerhati persoalan kemasyarakan, Ivan Kaunang, kandidat doktor di Udayana Bali, Sofian Yosadi, SH., tokoh pemuda Khonghucu, Meidy Tinangon, SSi, MPd, Ketua Penggerak GMM, Greenhill Weol, Direktur MCC, Frisky Tandaju selaku ketua Pinawetengan Muda, dan beberapa tokoh Muda Minahasa lainnya, antara lain Meidy Malonda, dan Bodewyn Talumewo.

Dalam diskusi yang dipandu Denni Pinontoan ini, Pdt. Siwu mengemukakan, tema yang diangkat dalam kegiatan tersebut dan yang juga menjadi topic diskusi sangat menarik. Sebab, tema ini, menurutnya, menggambarkan apa yang disebut di sekolah-sekolah teologi sebagai kontektualisasi teologi atau teologi kontekstual. “Kelahiran Yesus di Bethlehem adalah sesuatu yang histories. Dan, dalam memaknainya sekarang adalah soal konteks kebudayaan kita,” kata Pdt. Siwu.

Pdt. Siwu menjelaskan bahwa, teologi di dalam gereja-gereja kita di Indonesia kebanyakan masih mewarisi model teologi Barat. Makanya, perlu dilakukan lagi reinterpretasi terhadap ajaran dan pemahaman teologi tersebut untuk mengkontekstualisas ikan pesan-pesan Injil Yesus Kristus. “Sebenarnya, apa yang diajarkan oleh gereja-gereja kita sekarang, termasuk mengenai cara dan bentuk perayaan Natal adalah hasil interpretasi mereka terhadap apa yang terdapat dalam Alkitab dalam Alkitab. Persoalannya, kita belum melakukan interpretasi langsung. Tapi, saya kira apa yang dilakukan oleh orang-orang Muda Minahasa mala mini adalah langkah awal yang baik untuk menuju ke sana ,” tegasnya.


Orang-orang muda yang hadir dalam kegiatan tersebut menanggapi bahwa, perlu ada usaha kontektualisasi teologi gereja dalam konteks lokal Minahasa, dengan kebudayaannya, dan juga dengan persoalan-persoalan nya. “Saya kira, persoalan utama kita adalah ada manusianya. Ya manusia Minahasa. Maka, penting untuk kita lakukan bersama-sama sekarang adalah memaknai makna Natal tersebut dalam konteks kekinian kita di Minahasa ini,” kata Fredy Wowor, sastrawan dan dosen Sastra Unsrat yang juga.

Sementara Rikson Karundeng, tokoh Muda Minahasa, mengatakan, memaknai arti Natal Yesus Kristus dalam konteks Minahasa sama halnya dengan bagaimana kita menerjemahkan nilai-nilai Injil tersebut dalam konteks Minahasa kontemporer. “Dengan demikian sebenarnya kita sedang berusaha menjebatani antara nilai-nilai histories Natal Yesus itu dengan persoalan kekinian Minahasa,” tegasnya.

Greenhill Weol, dibagian awal kegiatan ini mengatakan maksudnya dilaksanakan perayaan peringatan Natal Yesus Kristus di Watu Pinawetengan ini adalah untuk memaknai secara baru arti Watu Pinawetengan dalam konteks Minahasa kontenporer. “Bahwa, menurut cerita, Watu Pinawetengan ini adalah tempat para dotu-dotu Minahasa melakukan musyawarah untuk menjawab persoalan-persoalan hidup mereka di zamanya. Maka, tempat ini kami pilih sebagai penanda bahwa sekarang ini orang-orang Minahasa tidak tinggal diam, tapi melakukan sesuatu untuk tanah ini. Sudah sekitar dua tahun, kami menjadikan Watu Pinawetengan sebagai tempat untuk mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan kebudayaan Minahasa,” ujar Green.

Pemuda Desa Pinabetengan Dulu

| 0 komentar


“If you want to know your past - look into your present conditions. If you want to know your future - look into your present actions”. – Buddhism Proverb
Pemuda adalah merupakan masa depan Negara dan Bangsa ini dan eksistensinya sangat penting untuk dipertahankan, dibina, dididik, dan dibentuk demi tercapainya masa depan yang cerah. Baik tidaknya masa depan adalah ditentukan dari sekarang sebab yang akan menjalankan masa depan adalah pemuda masa kini sebagai bukti nyata dari regenerasi. Pemuda di masa sekarang ini disebut sebagai tulang punggung Bangsa menjadi titik tumpuan yang memiliki peran tidak kecil. Kenapa Pemuda sebab proses proses penting dalam hal belajar dan pembentukan karakter sangat penting di masa muda. Pemuda dalam proses pencarian jati diri, pembentukan karakter, dan pengembangan Intelektualitas ini butuh saluran yang tepat dan benar sebab saat inilah yang akan menjadi penentu. Pendidikan tidak hanya mencakup kurikulum sekolah, namun juga mencakup berbagai aspek yang dapat meningkatkan kompetensi generasi muda dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan.
Nasionalisme pemuda Indonesia masih bersifat formal sehingga pada suatu waktu nilai nasionalisme bisa memudar. Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault mengungkapkan hal itu saat menggelar dialog dengan Bupati Subang dan sejumlah tokoh pemuda setempat, Jumat (1/8/08).
Menurut Menpora, Nasionalisme formal adalah Nasionalisme yang dibangun dari atas ke bawah (top down), bukan bottom up (bawah ke atas). ''Contohnya pada era Orde Baru, masyarakat wajib mendapatkan penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Saat itu, nasionalisme didasarkan pada selembar sertifikat,'' jelas Menpora. Untuk mengatasinya, salah satu solusi ialah memfokuskan pada pembentukan karakter pemuda. Adhyaksa menilai peranan pemuda Indonesia sangat dinantikan rakyat Indonesia seperti yang terjadi pada gerakan reformasi 1998. Pemuda Indonesia saat itu mampu bergerak meruntuhkan rezim Orde Baru. Kini demi kepentingan bangsa dan negara, menurut Adhyaksa, pemuda harus mementingkan dan memperkuat solidaritas sosial serta meninggalkan sikap individualisme dalam kehidupan berbangsa. ''Sikap jauh dari rasa solidaritas terlihat saat pemilihan kepala daerah. Banyak calon justru tidak menunjukkan rasa kebersamaan sebagai suatu bangsa. Mereka terkadang saling bersaing dan meninggalkan silaturahim di antara mereka.''(Dikutip dari www.kemenpora.go.id)
Benni Matindas, seorang filsuf dan budayawan Minahasa, penulis seribuan halaman buku “Negara Sebenarnya”, yang sering berkhotbah bahwa perkembangan kebudayaan haruslah melalui pembangunan kesenian yang memberi ruang seluas-luasnya untuk eksplorasi kreativitas dan pengembangan intelektualitas, seperti dikutip dalam tulisan Greenhill Weol dan hal itu tidak lepas dari peran generasi muda.
Globalisasi dan perkembangan zaman tak terbendung lagi. Kini IPTEK telah menjamah sampai ke pelosok-pelosok. Disadari bahwa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat dibutuhkan, tetapi dibalik itu ada arus besar yang siap menelan siapa saja yang tidak terproteksi dengan penguasaan IPTEK dan kesiapan Intelektual serta pengaplikasiannya secara tepat dan benar.
Masa depan yang cerah adalah impian semua orang. Bukan tidak mungkin jika impian itu menjadi nyata ketika komitmen “di bawah naungan Merah Putih, Pemuda siap menyatukan kesamaan paham mengenai Wawasan Nusantara atau kepentingan yang sama terhadap rasa Nasionalisme dan rasa cinta terhadap Seni dan Budaya dan juga Cinta Lingkungan Hidup serta elemen-elemen pendukungnya tanpa melanggar kepentingan umum dan atau peraturan yang berlaku yang ditetapkan oleh Pemerintah”.
“Give me a little place to stand, and I will remove the world”. – Archimedes

Pinawetengan Muda Explore

| 0 komentar






Apa yang anda pikirkan jika melihat foto ini?

Suara solidaritas untuk kawan

| 0 komentar

Suara solidaritas untuk kawan
Di MAWALE MOVEMENT.
Kami dari Pinawetengan Muda turut bersimpati atas Dicurinya blog sastra minahasa dan juga tujuh blog lainnya yang telah di bangun sejak awal tahun 2005. Kami yakin bahwa setiap pekerjaan budaya yang telah kita lakukan tidak akan pernah hilang sampai kapanpun.
Tetaplah berjuang dan bekerja untuk Tou, Tana', dan Budaya Minahasa
I jajat Un Santi.

Dengar Palakat
Tabea!

Pencurian terhadap jaringan Blog Sastra yang di kelola Mawale Movement terus terjadi. Blog-blog yang diperuntukkan bagi pembangunan gerakan seni-budaya dan kesadaran identitas di Utara Celebes kini telah di curi oleh yang pihak-pihak yang tidak bersimpati. Identitas dan motif sejauh ini belum di ketahui. Total, telah ada 8 blog yang masuk jaringan Mawale Movement di curi!

Setelah blog Sastra Minahasa http://sastra-minahasa.blogspot.com/ , Suara Minahasa http://suara-minahasa.blogspot.com/ , Ron Minahasa http://ron-minahasa.blogspot.com/ , Sastra Manado http://sastra-manado.blogspot.com/ , Mawale Movement http://mawale-movement.blogspot.com/ , kini menyusul blog XP Minahasa http://xpminahasa.blogspot.com/ , Vista Minahasa http://vistaminahasa.blogspot.com/ dan Linux Maesa http://linuxmaesa.blogspot.com/ yang hilang. Walau blog-blog tersebut masih bisa anda temui di dunia maya, sebagi misal jika di-search lewat Google, namun blog-blog tersebut tidak lagi dikelola oleh Mawale Movement, demikian tentu isinya.

Dari semua blog tersebut, kami dari publikasi Mawale Movement baru memperbaiki satu blog yakni Blog Sastra Minahasa dengan membuat sebuah blog baru, dengan account blogger baru, namun dengan isi yang sama yang beralamat di:

http://minahasa-sastra.blogspot.com/

Kami menganggap bahwa tindak kejahatan pembajakan blog seperti yang mereka lakukan kepada kami adalah cambuk terhadap kerja-kerja seni budaya kami. KAMI TIDAK AKAN PERNAH HILANG, APALAGI MUSNAH! Gerakan Mawale yang mengusung: Identitas, Kreatifitas dan Kontekstualitas sebagai semangat kolektif kami.

Anda dapat membantu kami dengan menyebarkan pesan ini sebagai wujud solidaritas kita menolak pencurian blog seperti yang kami alami.

Makase Banya.

Gejala runtuhnya generasi Muda Minahasa

| 0 komentar

Gejala runtuhnya generasi Muda Minahasa akan datang
Hari gini Nyanda skola??


Sebuah pertanyaan muncul yaitu dapatkah masyarakat desa ini merasakan pemenuhan kebutuhan hidup yang murah serta terjangkaunya biaya pendidikan dan biaya penunjang pendidikan? Jangan – jangan persoalan yang sama juga dialami oleh masyarakat di desa lain di negara ini? Atau jangan – jangan persoalan ini malahan dialami oleh semua orang di negara ini?
Berawal ketika Desa Pinabetengan dirayakan berumur 115 tahun pada Agustus 2008 lalu, desa kelahiranku ini sepertinya tak banyak berubah sejak 25 tahun terakhir. Kesuksesan dan keberhasilan yang pernah dicapai leluhur dan pemerintah desa di masa lampau kini tinggal kisah romantika belaka. Pada masa kini disebutlah satu persatu keberhasilannya mulai dari penamaan desa yang diambil dari situs kebanggaan tou dan tanah Minahasa yaitu Batu Pinabetengan. Sebuah hal yang tidak kebetulan memang ketika desa ini dinamakan Pinabetengan sebab selain berada pada posisi sebagai desa yang paling dekat dari Batu Pinabetengan nama Pinabetengan juga diberikan sebagai tanda bahwa dari tempat di desa inilah para leluhur tanah Minahasa bermusyawarah untuk membaginya ke seluruh suku di Minahasa. Orang – orang tua di desa ini juga sering bertutur tentang posisi desa dan Batu Pinabetengan ini yang terletak ditengah – tengah tanah Minahasa tempo dulu, oleh sebab itulah maka desa ini dinamakan Pinabetengan, dan cerita ini lebih ditegaskan lagi dengan didefinitifkanya nama Desa Pinabetengan pada Oktober 1893 oleh pemerintah pada waktu itu.
Satu kebanggaan bagi masyarakat desa ini dengan kemenangannya sebagai desa terbaik senusantara pada tahun 1983. Hal ini merupakan suatu capaian luarbiasa yang manis dikenang dalam hati orang Pinabetengan khususnya yang terlibat langsung dalam persiapan lomba, hingga lomba desa tersebut. Hal yang menarik dari lomba desa tersebut adalah ketika lomba ini dimulai dengan lomba desa antar kecamatan, dan pemenangnya adalah Desa Pinabetengan, kemudian dilanjutkan dengan lomba desa sekabupaten dan dimenangkan pula oleh desa Pinabetengan. Akhir dari serangkaian lomba ini adalah lomba Desa senusantara dan dimenangkan oleh Desa Pinabetengan. Tak lepas dari rangkaian keberhasilah tersebut adalah usaha dan kerja keras masyarakat desa yang dengan mapalus membangun pagar halaman di seluruh desa, mapalus pula dilanjutkan dengan membuat jamban sehat serta menggali lobang sampah di setiap rumah warga. Keberhasilan demi keberhasilan yang telah dicapai memacu masyarakat desa untuk berusaha meningkatkan sumber daya manusia dengan membangun sekolah sekolah dan hasilnya adalah kini di desa ini terdapat tiga sekolah dasar yaitu SD GMIM, SD Inpres dan SD Katholik. Ada pula Sekolah Menengah Pertama yang di bangun dengan dana swadaya masyarakat dengan nama SMP LKMD Pinabetengan, dan kemudian menjadi SMP negri 2 Tompaso kini. Belum berhenti sampai disitu, kini telah pula dibangun SMA Pinabetengan pada Mei 6 tahun lalu yang di prakarsai oleh panitia pembentukan SMA Pinabetengan dan Bpk. D. Lumintang, BA.
Ada sejumlah prestasi lain yang tidak di bahas disini sebab sekarang kita tidak akan berbicara tentang sejumlah nostalgia tersebut melainkan pasca sejumlah keberhasilan tersebut kini Desa Pinabetengan memiliki persoalan mendasar yang perlu disikapi. Dimulai dari jumlah anak usia sekolah yang tidak bersekolah cukup tinggi, padahal akses pendidikan di desa ini cukup mudah sebab mulai dari TK, SD, SMP hingga SMA telah ada disini. Yang menjadi pokok persoalan mungkin saja bukan hanya soal fasilitas pendidikan namun juga biaya pendidikan yang relatif tinggi sehingga cukup mengurungkan niat orang tua menyekolahkan anak. Dari penelusuran kami sejumlah keluarga dapat menyekolahkan anak hingga tingkat SMP namun tidak mampu lagi hingga tingkat SMA apalagi Perguruan Tinggi karena himpitan tingginya kebutuhan hidup keluarga dan besarnya biaya pendidikan. Sekarang bagi sebagian masyarakat berprinsip “yang penting sudah bisa baca tulis dan berhitung, pasti tidak akan dibodohi orang” menjadi pegangan untuk dapat bertahan hidup di masa kritis, padahal kini dunia telah memasuki era globalisasi dimana tuntutan bagi setiap orang untuk berusaha sejajar dengan yang lain agar tidak tertinggal atau dengan kata lain menjadi budak apalagi di tanah sendiri contoh konkrit di desa yang umumnya masyarakat petani ini beberapa keluarga terpaksa menjual tanah, rumah dan lahan perkebunan demi menyekolahkan anak hingga Perguruan Tinggi namun fakta bahwa jumlah sarjana dan mahasiswa di desa ini masih dapat di hitung dalam hitungan jari dari jumlah 6400 jiwa.
Butuh waktu berapa lama hingga ada sebuah Institusi pendidikan lagi di Desa Pinabetengan mungkin bukan solusi tepat, namun peningkatan mutu pendidikan yang ada saat ini dan terjangkaunya pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat desa mungkin bisa menjadi salah satu jawab bagi persoalan ini. Disadari demi mencapai hal tersebut membutuhkan dukungan penuh dari semua pihak terkait, kiranya usaha dan niat baik kita diperhitungkan oleh Opo Empung. I Jajat Un Santi

Pinabetengan, 14 Maret 2009

Foto Tua dari Watu Pinawetengan

| 0 komentar

Foto-foto ini adalah foto tempo dulu dari Batu Pinabetengan.


Batu Pinabetengan Waktu ditemukan kembali pada Tahun 1888

Batu Pinabetengan tahun 1890


Batu Pinabetengan Tahun 1940

Batu Pinabetengan Tahun 1985

Foto ini didapat dari berbagai sumber antara lain dari koleksi pribadi Bodewyn Talumewo.

Napa torang di TV Lokal PACIFIC TV MANADO

| 0 komentar


Napa tu salah satu dari Pinawetengan Muda


Napa torang pe Undangan ke-1 di Pacific TV


Frisky lagi di wawancara untuk ke-2 kali di Pacific TV
tentang Kebudayaan Minahasa masa kini

Napa Torang samua yang ada waktu itu
Ini Fredy di Wawancara ke-2

Napa tu orang Minut : Chandra Rooroh


Napa depe HOST Bung : Jo

BANGUNLAH PEJUANG MINAHASA

| 0 komentar

Karya : Frisky Tandaju

Bangun …
Bangunlah Pejuang Minahasa
Sebab kisah leluhur kita
Kini dianggap tabu
Untuk didengar keturunan kita

Bangun …
Bangunlah Pejuang Minahasa
Sebab tanah kita berduka
Ketika cucuran darah kita
Bercampur limbah dunia serakah

Bangun …
Bangunlah Pejuang Minahasa
Sebab anak – anak kita malu
Terus dilacuri dan diracuni
Oleh budak-budak Pornografi

Bangun …
Bangunlah Pejuang Minahasa
Sebab cucu – cucu kita bermimpi
Dikutuk sebagai rasis oleh kaum religis
Dengan cara teroris

Bangun …
Bangunlah Pejuang Minahasa
Sebab kami juga berjuang untuk Bangsa kita
Sebab mereka juga berjuang untuk tanah kita
Sebab kita bejuang untuk MINAHASA

Muda Minahasa bangkitlah ! DARI DEKLARASI PINAWETENGAN MUDA

Budaya adalah segala hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik yang berwujud ideal atau yang di pikirkan maupun material atau yang telah di lakukan/diciptakan manusia. Kebudayaan mempertegas arti tentang kehidupan manusia baik di masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang tidaklah lepas dari suatu budaya yang terus berproses seiring perubahan zaman. Tahun masehi kini telah dilewati dengan 2008 kali berganti, ini adalah suatu masa yang panjang bagi manusia untuk memikirkan maupun menciptakan sesuatu di masanya maupun masa yang akan datang, dengan kata lain bahwa kebudayaan saat ini merupakan suatu kelanjutan dari proses kebudayaan di masa lalu yang termanifestasi.
Dasar pemikiran mengenai proses kebudayaan ini telah membawa sekelompok generasi muda dari Pinabetengan pada suatu pernyataan komitmen mengenai kebudayaan yang dilakukan dengan sadar menuju perubahan yang lebih baik di masa kini maupun di masa yang akan datang dengan bercermin pada masa lampau. Pernyataan kesadaran ini di buktikan dengan dideklarasikannya Pinawetengan Muda Gerakan Sadar Kebudayaan di Watu Pinawetengan pada hari Minggu tanggal 9 November 2008. Watu Pinawetengan dipilih sebagai tempat pendeklarasiannya dengan pemahaman bahwa tempat tersebut adalah tempat dimana para leluhur mengadakan pertemuan dalam mengikrar janji “maesa” bagi tanah Minahasa yang kemudian dibagi untuk beberapa suku namun tetap satu bangsa Minahasa. Pelaksaan deklarasi Pinawetengan Muda ini dihadiri oleh tokoh – tokoh muda Minahasa diantaranya Angga S (Direktor Theater UNGU UNIMA), Freddy Wowor (Dosen Fakultas Sastra UNSRAT), Alfrits “Ken” Oroh (Direktor Congregational Theater Center KGPM), Chandra D. Rooroh (Paimpuluan ni Tonsea), Greenhill Weol (Aliansi Masyarakat Adat Minahasa), Matulandi Supit (Sekjen Majelis Adat Minahasa), Calvein Wuisan (Theater Teknik UNIMA), Rendy (Sanggar Dodoku Wuwuk), Charly Samola (Penyair dan Perupa dari Minut). Beragam kesan dijadikan petuah bagi Pinawetengan muda dalam menjalankan Gerakan ini yaitu bagi Desa Pinabetengan, dan bagi Minahasa.
Nama Pinawetengan Muda dan selogan Gerakan Sadar Kebudayaan didasarkan pada rasa cinta kepada Tuhan, rasa cinta kepada orang lain, dan rasa cinta kepada para Leluhur. Rasa cinta kepada Tuhan merujuk pada kesadaran akan manusia yang sejatinya adalah ciptaan Tuhan dan akan kembali kapada Tuhan. Rasa cinta kepada Tuhan juga memberi pengertian akan rasa cinta kepada segala ciptaanNya termasuk mahluk hidup berupa Hewan, Lingkungan hidup dan alam sekitar.
Rasa cinta kepada orang lain merujuk pada kesadaran akan harkat hidup manusia sebagai mahluk sosial yang tak bisa lepas dari orang lain. Hal ini juga menjelaskan akan penghargaan terhadap manusia lain yang juga memiliki hak – hak asasi, yang menuntut kita memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan.
Rasa cinta kepada Leluhur merujuk pada kesadaran akan keberadaan kita saat ini juga tak lepas dari hasil kebudayaan di masa lampau. Hal ini di aplikasikan melalui penghargaan terhadap tempat peninggalan Leluhur maupun benda – benda bersejarah yang perlu dilestarikan termasuk juga ajaran – ajaran yang telah diwariskan. Penghargaan terhadap warisan leluhur dengan pemaknaan kita terhadap warisan tersebut sesuai dengan masa sekarang ini misalnya berziarah ke Watu Pinawetengan dan ke Waruga dengan tujuan bahwa pada masa lampau leluhur Minahasa adalah kreatif dan intelek yang telah berhasil menciptakan atau membuat benda yang mampu melewati zaman untuk dikenal dan di jadikan Identitas Bangsa Minahasa pada masa kini. Hal itu patut dijadikan contoh bagi orang muda Bangsa Minahasa sekarang ini. Pelestarian akan ajaran – ajaran warisan leluhur contohnya penggunaan bahasa daerah di kehidupan sehari – hari yang disadari bahwa dengan tuntutan perkembangan zaman telah memaksa kita untuk mengetahui bahasa – bahasa yang digunakan oleh masyarakat global dan menggeser nilai dan penggunaan bahasa daerah. Penggunaan bahasa daerah sebagai Identitas orang Minahasa tak kalah penting sebab bahasa daerah dengan dialek yang khas menunjukkan pula jati diri Minahasa.
Pinawetengan Muda merupakan ide dari sekelompok generasi muda dari Desa Pinabetengan yang berkumpul dengan sadar untuk membentuk suatu Gerakan kebudayaan. Penggiat Budaya muda dari Desa Pinabetengan yang mempelopori gerakan ini adalah Hendra Tandaju, Raymoon Wowiling, Frisky Tandaju, Roy Nayoan, Frits “Boncu” Singal, Joulen Kawulur, Ivan Kawulur, dan beberapa pemuda. Sebelum dideklarasikan, Pinawetengan Muda telah melakukan beberapa kegiatan seperti Ekspedisi Cagar Budaya di wilayah Minahasa dengan mengunjungi Waruga Mawale Pinabetengan, Waruga Tompaso, Waruga Sonder, Waruga Toar Lumimuut di Palamba, Batu lisung di Makalisung Minut, Batu Siow Kurur di Minut, Cagar budaya Rimbing di Amurang Minsel, dan juga beberapa tempat cagar budaya seperti Kumpulan Waruga Treman dan sekitarnya di Minut. Kegiatan lain yang telah dilakukan Pinawetengan Muda adalah Minahasan Explore I yaitu menelusuri pegunungan bagian utara Gunung Soputan dengan berjalan kaki melewati titik – titik dari Pinabetengan – Kawangkoan – Kayuuwi – Tombasian Atas – Tombasian Bawah – Ranolambot – Kotamenara Baru – Kotamenara Tua – Base camp Pinus Soputan – Toure – Pinabetengan. Baru – baru ini juga Pinawetengan Muda turut terlibat dengan berbagai kelompok masyarakat Minahasa untuk menyatakan sikap penolakan terhadap ditetapkannya Undang Undang Pornografi. Acara ini dikoordinasi oleh Majelis Adat Minahasa yang kemudian rekomendasinya telah dipublikasikan di berbagai media di Sulawesi Utara dan Nasional. Dalam mempublikasikan Pokok pikiran, hasil diskusi dan laporan hasil, Pinawetengan Muda telah membuat sebuah website yang beralamat di : www.pinawetengan-muda.blogspot.com, e-mail : pinawetengan.muda@gmail.com
Pinawetengan Muda kini melaksanakan pertemuan rutin bulanan setiap tanggal 9 bertempat di Watu Pinawetengan. Hingga sekarang telah dilaksanakan tiga kali pertemuan sejak September 2008 lalu dengan dihadiri oleh tokoh – tokoh muda Minahasa diantaranya Denny Pinontoan (Dosen Fakultas Theologia UKIT YPTK), Ricson Karundeng (Dosen Fakultas Theologia UKIT YPTK) keduanya adalah Wartawan Sulut Link, Freddy Wowor (Dosen Fakultas Sastra UNSRAT), Chandra D. Rooroh (Paimpuluan ni Tonsea), Greenhill Weol (Aliansi Masyarakat Adat Minahasa), dan anggota dari Pinawetengan Muda.
Rencana kerja yang diprogramkan setelah deklarasi ini adalah Pelatihan – pelatihan pengembangan minat dan bakat generasi muda pinabetengan, Ekspedisi Batas terluar Pinabetengan dengan penanaman pohon produktif, Pendirian tugu “Manguni” Desa Pinabetengan Utara, dan Minahasan Explore II sebagai kelanjutan dari Minahasan Explore I yang kesemuanya itu sebagai agenda 2009.
Tujuan dari Pinawetengan Muda adalah sebagai wadah kebersamaan Generasi Muda Desa Pinabetengan maupun dari luar Desa Pinabetengan untuk pengembangan minat dan bakat, pengembangan semagat organisasi, Kreatifitas dan Intelektualitas, peningkatan kegiatan – kegiatan generasi muda yang berdimensi Panca Sadar (Sadar Ketuhanan, Sadar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Sadar Seni Budaya, Sadar Lingkungan, Sadar Identitas), wadah meningkatkan rasa solidaritas antar generasi muda, serta menunujang seluruh Program Pemerintah yang berwawasan kebudayaan.
Disadari bahwa usaha menyatukan kesamaan paham mengenai kesadaran kebudayaan yang didasarkan pada rasa cinta kepada Tuhan, rasa cinta kepada orang lain, dan rasa cinta kepada para Leluhur tidaklah mudah, karena itu dibutuhkan dukungan dari semua pihak terkait dalam meningkatkan semangat kompetensi generasi muda menghadapi berbagai tantangan masa depan. Tuhan kiranya memberkati usaha dari niat yang tulus membangun tanah Minahasa tercinta ini.
I Jajat U Santi

Foto desa Pinabetengan

| 0 komentar




Peta Wilayah dan peta desa Pinabetengan

| 0 komentar


MISSING LINK LELUHUR MINAHASA

| 0 komentar


Berawal dari cerita rakyat yang mengungkapkan bahwa terdapat kehidupan manusia purba Minahasa dan adanya informasi masyarakat sekitar tentang keberadaan situs waruga yang berada disebelah barat daya desa Pinabetengan, tepatnya di perkebunan Mawale, diantara desa Pinabetengan dan desa Kanonang.
Kemudian dengan mulai melakukan pencarian data dan fakta yang diperlukan untuk menemukan yang hilang dari Kebudayaan Minahasa. Berlanjut dengan mempertanyakan tentang keberadaan situs tersebut yang ternyata tidak masuk dalam data base situs purbakala di Sulawesi Utara. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan situs tersebut yang rusak, tidak terawat, dan tidak dilindungi. Artinya bahwa keberadaannya tidak dalam pengawasan pihak terkait. Ironisnya baik masyarakat maupun pihak terkait terkesan tidak peduli dengan keberadaan situs tersebut. Memang benar bahwa peninggalan – peninggalan seperti waruga dan batu bertulis seperti itu kini hanyalah sebuah simbol untuk di kenang oleh masyarakat pada jaman ini namun yang perlu kita renungkan bersama bahwa pada masa lalu, para leluhur tanah MINAHASA telah menciptakan sebuah benda ataupun meninggalkan tanda – tanda yang dapat melintasi zaman untuk di kenang di masa sekarang ini.
Keberadaan waruga – waruga itu merupakan bukti nyata bahwa pernah ada sekelompok orang yang adalah Suku MINAHASA dan tinggal di sekitaran situs. Persoalannya adalah siapakah orang – orang itu. Dari penelusuran kami, ditemukan bahwa dari sisa – sisa waruga di sana tidak memiliki banyak ornament – ornament seperti waruga lain yang ada di tempat lain. Begitu juga dengan motif ukiran pada tutup waruga yang masih berupa ukiran gambar – gambar dan bukan bentuk patung pahatan. Kami menyimpulkan sementara bahwa waruga – waruga tersebut lebih tua dari waruga – waruga yang ada di tempat lain.
Disekitaran tempat dimana waruga – waruga itu berada, kami juga menemukan sebuah batu bertulis yang tulisannya mirip dengan tulisan di Watu Pinawetengan. Apakah Batu itu ada hubungannya dengan Watu Pinawetengan? Hal itu masih dalam penelitian kami.

AGAMA DAN KEPERCAYAAN TRADISIONAL

AGAMA

Agama yang dianut oleh masyarakat Pinabetengan adalah agama yang diakui oleh Pemerintah Negara Indonesia :

  1. Agama Kristen Protestan.
    GMIM ( Gereja Masehi Injili di Minahasa )
    KGPM ( Kerapatan Gereja Protestan Minahasa )
    GSJA ( Gereja Sidang Jemaat Allah )
    GPDI ( Gereja Pantekosta di Indonesia )
    GMAHK ( Gereja Masehi Advent Hari Ke-Tujuh )
  2. Agama Kristen Katolik
KEPERCAYAAN


Kepercayaan terhadap roh orang yang sudah mati (mistis) animisme, tetapi sekarang ini sudah tidak ada lagi. Dan kalau menurut tua-tua desa ada beberapa kepercayaan yang dulunya pernah di anut oleh orang Pinabetengan, dimana mereka pecaya bahwa:

  • Bersin untuk orang yang akan melakukan perjalanan kalau ada yang bersin dari belakang itu menandakan ada sesuatu yang kurang baik, kalau bersin dari muka itu menandakan harus cepat melangkah.
  • Bunyi burung pada waktu malam.
  • Bunyi burung manguni sebanyak sembilan kali yang bernada tetap `kik` pertanda baik, tetapi kalau bunyi satu kali `kik` dimuka pertanda ada bahaya.
  • Bunyi burung Kokosit (burung hantu) yang nadanya `sit` menandakan ada pencuri, dan bila bunyi biasa-biasa saja pertanda akan turun hujan.
  • Bunyi burung kokow yang lewat di tengah kampung, menandakan ada tokoh masyarakay desa yang menunggal.
  • Bunyi ayam jantan berkokok pada waktu malam menandakan ada orang sakit yang meninggal.
  • Bunyi ayam betina berkokok pada waktu malam menandakan ada pencuri atau ada yang menderita sakit payah.

Semua bentuk kepercayaan yang tersebut diatas pada saat sekarang ini sudah ditinggalkan dengan adanya pembinaan dari pihak gereja dan pendidikan.

Sumber data : Raymoon R.S. Wowiling, S.Sos
Dalam skripsinya : Budaya Birokrasi dan Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa dalam implementasi Otonomi daerah. FISIP UNSRAT 2002
Editor : *Pinawetengan-muda.blogspot.com

ADAT ISTIADAT

PERKAWINAN

Diawali dengan percakapan antara kerdua sejoli lalu pemuda melamar si pemudi dengan istilah sumaru ( menghadap ) orang tua dari pihak wanita.
Orang Tua si pria dengan kaum keluarganya mengunjungi keluarga wanita dan bermusyawarah, percakapan dengan kedua belah pihak keluarga dengan memakai juru bicara ( wakil dari keluarga ). Istilah tumuruk ( mengantar harta ) dan merencanakan tumulis dihadapan pemerintah desa untuk melaksanakan pengakuan bersama dari kedua calon suami isteri disaksikan oleh oeang tua sebelah menyebelah dilanjutkan dengan pelaksanaan pengumuman nikah di gereja sesuai dengan agama yang dianut oleh mereka dalam waktu satu atau dua minggu sesudah tulis nama.
Kemudian diadakan perhelatan/acara pesta diikuti dengan pemberkatan nikah. Sesudah acara di rumah mempelai wanita dilanjutkan dengan acara di rumah mempelai pria. Istilah hentar dimana pengentin wanita dijemput mempelai pria bersama orang tua dan kaum keluarga ke rumah mempelai pria untuk acara jamuan seperti yang dilaksanakan di rumah keluarga wanita, dan biasanya sehari sesudah di tempat wanita. Istilah sando diakhiri dengan keluarga, wanita menjemput alat-alat dapur yang sudah disediakan oleh kaum keluarga pengantin wanita yang biasa disebut dengan muwit im pe`in.
Minggu pertama sesudah perkawinan, kaum keluarga kedua belah pihak dari pengantin baru ikut bersama-sama keluarga yang baru untuk berbakti di rumah gereja atau orang pinabetengan biasa menyebutnya dengan balas gereja.

KEDUKAAN

Sebagai tanda bahwa ada yang meninggal dibunyikan tambur oleh Pemerintah Desa. Tetapi sesuai perkembangan sekarang ini maka bila ada yang meninggal akan disampaikan melalui pengeras suara di tiap dusun-dusun atau di tiap jaga-jaga dampai menjangkau ke seluruh masyarakat, dan juga dibunyikan lonceng Gereja.
Setelah diketahui ada yang meinggal, maka masyarakat segera berbondong-bondong menuju ke tempat kedukaan untuk menyaksikan/melihat dari dekat terutama para sanak saudara keluarga. Dan bersama anggota keluarga, masyarakat yang pergi ke tempat kedukaan langsung bergotong royong membuat bangsal (sabuah) bagi kaum lelaki dan bagi kaum wanita mempersiapkan tempat untuk membaringkan jenazah dan yang lainnya mempersiapkan konsumsi.
Keluarga yang sedang berduka memakai pakaian warna hitam dan khusus untuk wanitanya memakai ikat kepala yang warnanya putih atau hitam. Sebelum jenazah dikuburkan, pada malam harinya saat menjaga jenazah biasanya masyarakat berkumpul untuk menghibur keluarga yang berduka dengan acara kebaktian (ibadah) dilanjutkan dengan acara rekreasi hingga hari menjelang pagi (semalam suntuk).
Dalam hal upacara pemakaman awalnya dimulai dirumah keluarga yang berduka dengan serangkaian upacara religi/keagamaan (menurut agama kristen) kemudian dilanjutkan dengan ritual diladang pekuburan dengan serangkaian upacara keagamaannya. Upacara keagamaan ini diprakarsai oleh pemerintah dan pimpinan golongan agama di desa.
Seminggu sesudah peristiwa kematian, tepatnya hari minggu semua anggota kelurga yang ada hubungan saudara/famili dengan yang meninggal pergi beribadah di gereja sesuai dengan agama yang dianut oleh almarhum/ah yang disebut dengan istilah minggu pangasih (mingguan). Selanjutnya dilanjutkan dengan ibadah dirumah keluarga yang berduka yang dipimpin oleh Badan Kerja Sama Umat Beragama (BKSAUA). Pada acara tersebut diisi oleh rukun-rukun dalam membantu keluarga yang berduka berbentuk dana sosial (mapalus uang) dan peranan pemerintah dalam soal sosial duka diperankan oleh kepala urusan kesejahteraan rakyat (Kaur Kesra).

MENDIRIKAN RUMAH

Sebelum sebuah rumah didirikan, terlebih dahulu dilakukan satu acara ritual tumotol atau peletakan batu pertama sebagai tanda atau dasar akan dibangunnya sebuah rumah.
Setelah rumah tersebut selesai dibangun, maka dilaksanakanlah sebuah acara syukuran naik rumah baru atau dalam masyarakat Pinabetengan dikenal dengan istilah sumolo dan rumambak. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan sumembong (saling bantu/tolong menolong).

MAPALUS

Kebiasaan ini adalah satu kegiatan dalam hal tolong menolong untuk mengerjakan suatu pekerjaan seperti dalam pertanian dan pekerjaan lainya contoh: untuk pertanian mulai dari memetik hasil tani hingga mengeluarkan hasil panen dari kebun/sawah ke rumah. Dan untuk pekerjaan lain seperti memindahkan rumah (ada kalanya rumah diangkat dan dipindahkan tanpa dibongkar khususnya jenis rumah dengan bahan baku dari bambu/kayu) itu dilakukan hingga selesai dan itu semua akan diakhiri dengan syukuran keluarga yang berbentuk ramah tamah.


Sumber data : Raymoon R.S. Wowiling, S.Sos
Dalam skripsinya : Budaya Birokrasi dan Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa dalam implementasi Otonomi daerah. FISIP UNSRAT 2002
Editor : *Pinawetengan-muda.blogspot.com

SEJARAH PEMERINTAHAN


SEJARAH PEMERINTAHAN
JOHANES NELWAN (1904 – 1912).
Menjadikan desa Pinabetengan sebagai desa Teladan di Minahasa pada tahun 1906.
Mendirikan gereja GMIM dan gereja RK serta sebuah sekolah darurat (bangunan semi permanen)
Pernah menjadi tempat pembinaan hukum tua se Minahasa.
Membuat bendungan Rano ing Kasuruan, yang mengairi bagian timur dan sebelah selatan desa Pinabetengan.
SEBASTIAN UMBOH (1912 – 1946)
Mendirikan gilingan padi dengan tenaga air sungai maasem.
Membangun 2 buah bendungan air sungai (1 diujung persawahan dan 1 di tengah persawahan)
Membangun gedung sekolah semi permanen (Zending).
Pada masa pemerintahan Ogem memasang listrik masuk desa.
WILIAM MEWENGKANG (1946 – 1950)
Mendirikan usaha sosial.
Mendirikan koperasi konsumsi.
Membuka perkebunan pinaras dan kinali.
Membuat pembulu air dari bahan bambu.
Mendirikan pasar desa yang berkedudukan di halaman SD GMIM (sekarang sudah tidak ada lagi).
Membangun gereja GMIM.
PAUL B. UMBOH (1950 – 1955)
CHARLIS SINGAL (1955 – 1958)
Mendirikan gedung SD GMIM tujuh bilik semi permanen.
Pjs.HUKUM TUA – E.C. MUSAKH (1959)
Pjs.HUKUM TUA – W.A. TANDAJU (1959 – 1963)
Mendirikan koperasi tani, koperasi konsumsi dan peternakan.
FREDRIK SONDAKH (1963 – 1977)
Pengadaan pekarangan / kintal balai desa dan poliklinik, serta mendirikan balai desa darurat.
Membuat jembatan maasem dan leput (gorong-gorong) desa.
Mendirikan organisasi sosial (koperasi SP) LSD.
F.H.T. UMBOH (1977 – 1981)
Pengadaan kintal SD Inpres.
Pjs.HUKUM TUA – W.A. TANDAJU (1981 – 1982)
Menghadapi pemilu 1982 dan pemilihan kades.
R. A. MEWENGKANG (1982 – 1990)
Melaksanakan proyek air minum (sebagai awal tugasnya).
Mendirikan kantor balai desa.
Memenangkan lomba desa tingkat propinsi se sulawesi utara.
Membangun KUD (Koperasi Unit Desa) Mawale.
Membeli / membebaskan halaman SMP LKMD dengan Lapangan desa.
Mendirikan bangunan bilik SMP LKMD dengan 3 ruang belajar.
Membentuk dana sosial duka.
Pjs.HUKUM TUA – J. A. KALANGI dan H. TUMIWA (1990 – 1993)
Keduanya adalah staf kecamatan Tompaso, oleh pemerintah tingkat kecamatan untuk mempersiapkan pemilihan kepala desa Pinabetengan.
Ny. MAGDALENA LUMINTANG-PAENDONG (1993 – 2001)
Merehabilitasi waserda dan kantor KUD Mawale.
Memperbaiki jembatan maasem.
Pembuatan tanggul lajur timur dijalan utama.
Perluasan dan rehab gedung balai pertemuan desa.
Membuka jalan baru yang menghubungkan antara desa Pinabetengan dan desa Talikuran yang terletak di sebelah utara desa melewati PLN.
Memperjuangkan pengaspalan jalan, dari jalan pacuan kuda menuju cagar budaya Watu Pinawetengan dan keberhasilannya pada tahun 1999.
Drs, DJELLY PANTOW (2002 - 2006)
Perbaikan jalan jalur belakang desa dan jalan ke Watu Pinawetengan.
Mengusahakan kerjasama dalam proyek rekonstruksi jembatan maasem.
Pengadaan pos kambling di tiap jaga.
Mengusahakan pengadaan SMU di desa Pinabetengan.
Mengusahakan kerjasama pengadaan air dengan PDAM Sulut.
Pjs. STEVIE KOLOMPOY (2006 - 2007)
Mempersiapkan pemilihan Hukum Tua
NOLLY V. PORAJOW (2007 – Sekarang)
Pembuatan sarana air bersih 4 buah
Pengukuran tanah wilayah Desa secara Massal

Sumber data : Raymoon R.S. Wowiling, S.Sos
Dalam skripsinya : Budaya Birokrasi dan Kinerja Aparatur Pemerintahan Desa di Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa dalam implementasi Otonomi daerah. FISIP UNSRAT 2002
Editor : *Pinawetengan-muda.blogspot.com

SEJARAH DESA PINABETENGAN


SEJARAH DESA PINABETENGAN
ASAL USUL DESA PINABETENGAN
Mula-mula daerah desa ini masih merupakan kawasan hutan. Kemudian ada beberapa orang tua yang berasal dari desa talikuran Tompaso antara lain: Yohanis Pantow, Willem Singal, Samuel Turangan, albert Tamunu, dan Hendriek Soleran, melalui musyawarah masyarakat untuk merombak kawasan hutan yang ada pada kedudukan desa sekarang. Mereka merombak hutan pada bulan Agustus tahun 1898.
Melihat keadaan tempat yang ternyata baik untuk dijadikan daerah pemukiman atau perkampungan, maka kepada Pemerintah Desa Talikuran Tompaso bersama dengan Ferdinand Kawalo sebagai Tonaas (Pemimpin adat) mengjukan permohonan sesudah mereka bermusyawarah. Permohonan tersebut langsung disetujui oleh pemerintah.
Tonaas Ferdinad Kawalo menyuruh sebelum membuka pemukiman desa yang baru supaya berkunjung dulu ke Watu Pinawetengan untuk mendengar bunyi burung manguni yang baik. Rombongan berangkat pada suatu malam bulan oktober 1898. Dalam pelakasaan tugas mereka Tonaas langsung mendengar bunyi suara burung Manguni (kik) satu kali, maka Tonaas langsung mematahkah lidi satu kali. Ketika bunyi suara burung Manguni telah berlaku Sembilan kali, maka menurut pendapat Tonaas tanda ini merupakan pertanda yang amat baik. Saat itu juga rombongan langsung kembali dengan membawa lidi Sembilan patah, dan terus menuju ke tempat yang dimaksud. Tonaas memasukkan lidi Sembilan patah tersebut pada Sembilan tabung bamboo yang sudah disiapkan, selanjutnya tabung bambu itu dimasukkan kedalam batu yang sudah disiapkan, kemudian di tanam.
Pada keesokan harinya Pemerintah bersama tonaas dan tua-tua kampung menanam patok jalan dan patok kintal maka menurut tonaas, kampung yang baru ini diberi nama Pinabetengan, sesuai dengan tempat mereka mendengar bunyi suara burung Manguni di Watu Pinawetengan.
Demikianlah asal usul berdirinya desa Pinabetengan. Desa Pinabetengan didirikan pada Agustus 1898 dan mendapat pengakuan secara teritorial.
ARTI NAMA
Pinabetengan berasal dari kata “Weteng” yang artinya bahagi. Awalan “Pina” dan akhiran “An” menyatakan tempat. Jadi “Pinabetengan” artinya tempat pembagian. Perubahan huruf W menjadi B diakibatkan oleh awalan “Pina” tersebut.
SEJARAH PENDIDIKAN
Pada tahun 1900 dibuka sekolah rakyat 3 tahun yang diselenggaralam oleh NZG yang disebut Nerderland Zending Genootchap. Kepala sekolah ialah Israel Mumekh dan pembantunya Johanes Kawulur, kemudian Mumekh pindah ke Kanonang dan digantikan oleh Alanos Salaki.
Pada tahun 1903 sekolah tersebut mulai mendapat subsidi dari pemerintah. Pada tahun 1923 dibuka SR RK dengan kepala sekolahnya ialah G.J. Mewegnkang. Tahun 1968 didirikanlah TK GMIM (Asuhan dari Kaum Ibu GMIM). SD Inpres didirikan pada tahun 1979, sedangkan untuk SMP LKMD Pinabetengan nanti didirikan pada tahun 1988, kemudian menjadi SMP Negri 2 Tompaso. Dan sekarang telah didirikan pula SMA Pinabetengan oleh swadaya masyarakat.

KIAPA RE’EN

| 0 komentar

Karya : Hendra Ch. Tandaju

Kita bicara...................

Kita badiam ................

Kita ba gra...................

Kita nda mucul ...........

Kalu nda cocok deng ngana pe mau

Ngana pasti bilang

Kiapa re’en .....................................

Orang Manado pasti tatawa

Orang Manado pasti langsung kenal

Orang Manado tau kita dari gunung

Orang Manado langsung mo ba tamang

Kalu kita mo bilang

Kiapa re’en ....................................

Ngoni pasti bingo

Ngoni pasti penasaran

Ngoni pasti musti mo baca

Kalo kita beking puisi

Dia pe judul

Kiapa re’en .................................

GREM

| 0 komentar

Karya : Hendra Ch. Tandaju

Ngana bentuk pe kacili

Ngana pe isi pe sadiki

Ngana kebanyakan dari glas

Ngana bole ja isi di popoji

Ngana pasti ada di warong-warong

Kalu mo ba pancing sadiki

Dorang pake pa ngana

Kalu mo beking kukis cucur

Dorang pake pa ngana

Dorang bilang 1 sloki

Dorang bilang pancing harga 1000

Kalu kita bilang

GREMMMMMMMMMMMMMM

ANGGOTA DEWAN

| 0 komentar

Karya : Hendra Ch. Tandaju

Menebar senyum............................

Memberi sumbangan .....................

Mengumbar janji ...........................

Mencari simpati ............................

Berbagai macam cara

Harus kamu lakukan

Berbagai macam trik

Harus kamu upayakan

Demi mendapatkan dukungan

Setelah itu ..............

Kamu disebut sebagai yang terhormat

Kamu disebut sebagai wakil rakyat

Kamu disebut sebagai anggota legislatif

Katanya tugas kamu ...............

Akan sering bertemu dengan rakyat

Membawa aspirasi rakyat

Memperhatikan kebutuhan rakyat

Menjadi alat kontrol eksekutif

Namun.... apa yang kami dapat ?

Nasib kami belum berubah

Jalan kami masih berlubang

Lapangan kerja masih sulit

Kami masih yang dikorbankan

Kesimpulan kami .......

Masihkah kami harus percaya kamu?

Masihkah kami harus menunjang kamu?

Masihkah kami harus mendukung kami?

Masihkah kami harus memilih kamu?

Hilang sudah simpati kami

Hilang sudah kepercayaan kami

Hilang sudah dukungan kami

Mana mungkin kami memilih kamu

Janjimu tinggal janji

Jangankan wajah mulusmu

Punggungmupun saat ini

Tak pernah kelihatan lagi

So i say good bye for you......

TUKANG OJEK

| 0 komentar

Karya : Hendra Ch. Tandaju

Masa remaja telah berlalu

Masa dewasa menanti

Jiwa mandiri siap menanti

Mampukah saya menghadapinya

Lapangan kerja begitu banyak

Persyaratanpun tak kalah banyak

Apa daya ketrampilanku tak banyak

Dan tak mampu bersaing dengan orang banyak

Aku harus tetap hidup

Harus mampu menghadapi jaman

Apapun profesiku

Untuk menjalani kehidupan ini

Motor butut orang tuaku

Lama terparkir digudang tua

Membuat aku terinspirasi

Menunjang hidupku dan orang tuaku

Ketrapilan tunggal yang kumiliki

Kumanfaatkan semaksimal mungkin

Menghindari diri dari sebutan

Orang muda yang pengangguran

Walau harus berteman alam

Cuaca panas maupun hujan

Terbiasa bangun pagi

Demi menjaga langganan tetap

Tukang ojek..................

Profesiku saat ini

Ada banyak sainganku

Dengan motor model terbaru

Aku tidak akan gentar

Apalagi merasa malu

Asal halal dan terhormat

Kujalani hidup penuh keyakinan.